Ada seorang turis dari Eropa yang sedang mencari-cari gereja di suatu kota kecil pada hari minggu. Ia ingin sekali mengikuti misa kudus pada hari itu. Ia sudah mencarinya di berbagai sudut kota, namun ia belum juga menemukannya. Ia berpikir bahwa di kota yang seluruh penduduknya adalah Katolik itu, ia seharusnya akan cukup mudah untuk menemukan sebuah gereja.
Setelah lelah seharian mencarinya, akhirnya ia bertanya kepada seorang anak yang kebetulan dijumpainya di jalan. Maka, ia pun bertanya, “Nak, tahukah kamu dimanakah gereja yang terdekat di daerah sini?”
Anak itu pun menjawab, “Gereja?Oh....iya, ada Pak. Kalau malam ini, ada di rumah Pak Paijo. Lalu, besok malam, ada di rumah Tante Painem. Tapi, kalau lusa, saya tidak tahu karena belum ditentukan.”
Turis itu pun terbengong-bengong mendengar jawaban anak itu. Ia berpikir kenapa gereja dapat berpindah-pindah setiap harinya. Tetapi, karena hari sudah mulai malam, ia tidak mau menanyakan hal itu lebih lanjut kepada si anak itu. Turis itu hanya meminta ditunjukkan gereja yang ada di rumah Pak Paijo itu. Anak itu menyanggupinya.
Ketika mereka tiba di sana, banyak orang telah berkumpul. Semua orang terlihat sangat sederhana dan rumah Pak Paijo juga sangat sederhana. Namun, meskipun demikian, suasananya sangat akrab. Turis itu disalami dan diterima dengan penuh rasa persaudaraan. Upacara ibadat pun sagat meriah dan sungguh menyapa dengan penuh keakraban. Yang pasti, itu sangat mengesankan bagi si turis.
Secara tiba-tiba pula, Turis itu merasa bahwa ini sungguh suatu Gereja. Gereja yang dia cari selama ini sebenarnya hanyalah gedung/bangunan fisik semata saja. Pengalaman itu telah membuatnya menemukan suatu Gereja yang hidup. Di dalam Gereja seperti ini, ia merasa Tuhan sungguh hadir. Ia juga sungguh merasakan Roh Tuhan berhembus di dalam persekutuan itu.
I.1. APA ITU GEREJA? (Definisi Pokok Gereja)
Ilustrasi cerita di atas akan membantu kita untuk sampai pada pemahaman yang sesungguhnya dari Gereja. Selama ini, banyak orang yang salah kaprah dalam mengartikan gereja. Mereka cenderung masih mengartikan Gereja secara sempit sebagai bangunan fisik tempat ibadah umat Kristen. Padahal, kalau kita menarik mundur ke dalam perjalanan rohani para pendahulu kita, definisi Gereja sudah mulai tampak dan diperdalam dengan segala macam kejadian historis di dalamnya.
Sebelum kita melihat definisi Gereja secara mendalam, mari kita lihat pengertian Gereja secara etimologis. Istilah “Gereja” berasal dari bahasa Portugis, yaitu “igreja”. Kata itu sepadan artinya dengan kata Ecclesia (Latin) dan hklhsia (Yunani). Ketiga arti kata itu menunjuk pada pengertian “perkumpulan.”
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus, kelompok umat yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebus. Dalam 1 Kor 12:27, Rasul Paulus mengungkapkan tentang hal itu:
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”
Pernyataan Santo Paulus ini menyiratkan makna sebuah nilai kesatuan yang ada di antara orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai pengikut Kristus. Meskipun memiliki fungsi yang berbeda-beda (tangan, kaki, kepala, dll), mereka tetaplah menjadi bagian dari sebuah kesatuan, yaitu Tubuh Kristus sendiri. Kesatuan sebagai tubuh Kristus inilah yang menunjuk pada bentuk persekutuan yang menjiwai Gereja.
Yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah, siapa sajakah yang dapat menjadi bagian dari kesatuan dari Tubuh Kristus itu sendiri? Hanya ada satu jawaban yang memecahkan persoalan itu. Yang dikatakan sebagai anggota dari Tubuh Kristus (Gereja) adalah mereka yang sudah menerima sakramen baptis. Dengan kata lain, setiap orang Kristen yang telah dibaptis adalah anggota Gereja, dan Gereja adalah seluruh tubuh yang terdiri dari orang-orang Kristen di seluruh dunia tanpa memperhatikan perbedaan denominasi.[1]
Jika demikian, kita dapat mengambil satu kesimpulan tentang pengertian Gereja. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Penebus, yang dipersatukan dalam satu baptisan yang sama, dan dengan sehati serta sebudi, melakukan tindakan seturut dengan tindakan Yesus Kristus sendiri.
Mari, kita bedah unsur-unsur pengertian yang ada di dalamnya:
a. Gereja sebagai persekutuan orang yang mengimani Kristus.
Maksudnya:
Gereja adalah sebuah kesatuan yang jelas dan terarah. Gereja bukanlah perkumpulan layaknya perkumpulan ibu-ibu arisan yang kerapkali hanya membicarakan seputar perhiasan, gosip artis, ataupun suami orang. Gereja juga tidak menunjuk pada pertemuan bersama (rapat) Bapak-Bapak RT yang hanya sekedar membicarakan masalah insidental (bersifat sementara) tanpa pernah tahu visi dasar gerakan itu. Gereja memiliki sebuah keterarahan yang jelas, yaitu Yesus Kristus sendiri. Gereja juga memiliki status keanggotaan yang jelas, yaitu iman kepada Yesus Kristus. Karenanya, tidak setiap persekutuan/perkumpulan orang-orang dapat dikatakan sebagai Gereja.
b. Para anggota Gereja ditandai dan disatukan dengan baptisan yang sama.
Maksudnya:
Pertama, Keanggotaan Gereja ditandai dengan sakramen baptis. Keanggotaan ini harus ditampakkan oleh mereka dengan mengambil bagian secara aktif dalam ibadat Gereja, hidup Sakramental, dan sejauh mungkin ikut serta dalam pelayanan bagi kaum muda, orang jompo, dan orang-orang menderita. Ini berarti setiap orang yang dibaptis akan secara otomatis menjadi anggota Gereja dan baptisan menjadi pintu masuk pertama dan utama bagi seseorang untuk bisa terlibat dalam kegiatan Gereja.
Kedua, Baptisan macam apa yang mempersatukan mereka? Baptisan yang mempersatukan orang Kristen adalah baptisan yang menggunakan air sebagai materianya, serta formanya yang berbunyi: “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”. Dengan kata lain, formanya harus mengandung keyakinan akan Tritunggal Mahakudus.
Ketiga, Orang-orang yang dibaptis adalah umat pilihan Allah. Karenanya, Gereja dapat juga dikatakan sebagai Umat Allah. Istilah Umat Allah ini dipakai sejak dalam Perjanjian Lama, tepatnya saat peristiwa Keluaran. Pengertian Umat Allah ini memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri.
2. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.
3. Hubungan antara Allah dan umat-Nya ditandai dengan perjanjian.
4. Umat Allah selalu berada dalam perjalanan/peziarahan.
c. Para anggota Gereja melakukan tindakan Yesus dengan sehati dan sebudi.
Maksudnya:
Gereja menjadi persekutuan yang ingin berjalan bersama dunia. Gereja tidak hidup dalam suatu ruang hampa udara, melainkan hidup dan hadir di dalam dunia nyata. Karenanya, Gereja juga harus mengupayakan tindakan yang nyata di tengah dunia ini. Tindakan nyata yang dimaksud bukanlah sembarang tindakan yang tak bernilai. Akan tetapi, tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang serupa dengan tindakan Yesus Kristus sendiri. Tindakan Yesus itu sendiri adalah tindakan yang mengarah pada nilai-nilai kehidupan dan senantiasa memperjuangkannya.
Selanjutnya, jika kita melihat penjelasan tentang definisi itu, kita dapat menyimpulkan bahwa ada berbagai aspek dalam Gereja. Tiga diantaranya, yaitu:
Aspek komunal (Komunitas/jemaat). Hal ini karena Gereja sendiri merupakan sebuah persekutuan murid-murid Kristus.
Aspek Institusi. Hal ini karena Gereja memerlukan sarana-sarana organisatoris dan struktural untuk memenuhi tugas nyatanya di tengah masyarakat.
STOP PRESS:
Tahukah kamu? Gereja Katolik adalah organisasi yang memiliki kerapian administrasi terbaik di seluruh dunia (nomor satu).
Aspek pengutusan. Hal ini karena Gereja diutus oleh Yesus untuk mewartakan Injil dan Kerajaan Allah di dunia ini.
Dasar biblis yang menunjukkan seluruh definisi Gereja itu, adalah Kisah Para Rasul 2:41-47. Dalam perikop itu, unsur-unsur penting yang dapat dilihat:
Baptisan menjadi syarat utama keanggotaan persekutuan. (Lih. Kis 2:41)
Aspek Komunal/kebersamaan menjadi hal yang diutamakan (Lih. Kis 2:42)
Tindakan mereka adalah tindakan yang mengarah pada kehidupan. (Lih. Kis 2:44-46).
Persekutuan itu ada untuk membawa keselamatan bagi dunia. (Lih. Kis 2:47).
I.2. GEREJA UNIVERSAL DAN GEREJA LOKAL
Uraian pada sub bab sebelumnya telah memperlihatkan kepada kita pengertian yang paling mendasar tentang Gereja Kristus. Secara mendasar, sesungguhnya semua pengikut Kristus adalah satu Gereja. Tapi, dalam kenyataannya saat ini, kita melihat ada begitu banyak “jenis” Gereja dan berbagai kekhasannya masing-masing di dunia ini. Apakah kenyataan itu akan mengurangi makna “kesatuan” Gereja sebagai Tubuh Kristus sendiri? Atau justru memperkuat makna kesatuan Gereja Kristus yang terlihat dalam keanekaragaman di dalamnya? Sub bab ini akan mencoba menguraikan jawaban atas pertanyaan itu secara ringkas.
A. Sejarah yang Mengubah
Karena keadaan sejarah, Gereja Kristus yang satu itu mulai mengalami banyak perubahan, termasuk pemisahan-pemisahan yang disebabkan oleh kontroversi teologis dan konflik politis. Pemisahan itu melahirkan denominasi-denominasi (komunitas-komunitas) dalam Gereja itu sendiri. Penjelasan detail tentang perjalanan sejarah itu, akan kita lihat nanti di Bab II. Namun, secara ringkas, proses pemisahan itu dapat dilihat dalam diagram berikut:
GEREJA KRISTUS
GEREJA BARAT
GEREJA TIMUR
Gereja Katolik
Gereja Protestan
Gereja Ortodoks
Peristiwa pemisahan yang terjadi antara Gereja Barat dan Gereja Timur disebut oleh sejarah sebagai peristiwa SKISMA TIMUR. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054. Skisma itu sendiri dipahami sebagai “perpecahan karena bukan perbedaan ajaran iman. Tapi, lebih menunjuk pada kemungkinan perbedaan antara gaya/tata cara beriman. Pemisahan ini adalah peristiwa besar dalam sejarah Gereja Kristus. Kemudian, Gereja Barat mengalami pemisahan lagi, yaitu tepatnya pada zaman Martin Luther. Gereja Barat terpisah menjadi Gereja Katolik dan Protestan. Pemisahan ini digerakkan oleh Martin Luther yang terkenal dengan 95 dalilnya. Peristiwa itu terjadi pada abad 1517. Pemisahan Gereja Barat nampaknya menjadi peristiwa yang dipicu oleh adanya perbedaan ajaran. Ada begitu banyak perbedaan yang dapat dilihat. Namun, untuk kali ini, ada baiknya bila kita mengetahui tiga perbedaan nyata yang dapat dilihat:
GEREJA KATOLIK
GEREJA PROTESTAN
1. Mengakui Tradisi
1. Tidak mengakui Tradisi.
2. Mengakui adanya Magisterium (kuasa mengajar)
2. Tidak mengenal dan tidak mengakui Magisterium.
3. Menerima Paus sebagai pemimpin tertinggi.
3. Tidak mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi.
B. Gereja Universal dan Gereja Lokal
Uraian di atas cukup memberikan pemahaman kepada kita bahwa adanya banyak “Gereja” lebih disebabkan oleh terjadinya berbagai denominasi yang berbeda-beda dalam Gereja. Pada bagian ini, kita akan membahas lebih lanjut pemahaman tentang Gereja Lokal. Apakah berbagai macam “jenis” Gereja itu dapat dikatakan sebagai gereja lokal?
Gereja lokal yang dimaksud bukanlah gereja-gereja yang terpecah berdasarkan denominasi atau ritus liturgi. Ungkapan “Gereja Lokal” hanya menunjuk pada pemisahan Gereja berdasarkan daerah atau wilayah. Hal itu sudah ditunjukkan oleh Paulus dalam Perjanjian Baru. Dalam suratnya, ia selalu menyapa jemaatnya berdasarkan asal-usul tempatnya, misalkan umat di Korintus, jemaat Tesalonika, dll. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat penjelasan di bawah ini.
Gereja universal adalah Tubuh Kristus semesta dan mencakup semua jemaat Kristen. Maka, Gereja universal sungguh merupakan suatu persekutuan atau kumpulan dari banyak Gereja Lokal yang tersebar di seluruh dunia. Gereja lokal sendiri dipahami sebagai Tubuh Kristus di suatu tempat tertentu. Contoh nyata dari Gereja Lokal adalah Paroki dan Keuskupan. Dalam Kitab Hukum Kanonik (Hukum Gereja), Gereja lokal disebut sebagai “Gereja Partikular”.
Paroki adalah wujud paling kecil dan paling dasariah dari Gereja lokal. Sedangkan, keuskupan adalah sebuah persekutuan dari paroki-paroki dan umat-umat dalam wilayah geografis tertentu.
C. Bagaimana Gereja Katolik melihat pemisahan-pemisahan itu?
Bagi gereja Katolik, Gereja dipandang sebagai sesuatu yang universal dan sekaligus lokal. Kesatuan internal masing-masing gereja-gereja lokal didukung oleh iman yang sama kepada Yesus Kristus, Sakramen-sakramen (terutama Ekaristi), pelayanan dari anggota-angota yang berbeda, dan kehadiran Roh Kudus yang aktif mempersatukan. Sedangkan, kesatuan eksternal gereja-gereja lokal dengan gereja Universal didukung oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, dan diteguhkan dengan kesatuan para Uskup yang membentuk sebuah dewan. Kesatuan para Uskup ini diperkuat oleh kesatuan mereka dengan Paus sebagai uskup Roma.
I.2. TUJUAN ADANYA GEREJA (TUGAS GEREJA)
Setelah kita mengetahui definisi Gereja secara gamblang, tahap kedua dari pembicaraan bab ini adalah mengetahui tujuan keberadaan Gereja di dunia ini. Namun, sebelum kita melangkah pada tahapan itu, ada baiknya bila kita singgah sebentar pada pengertian mendasar tentang Gereja Katolik.
I.2.a. Gereja Katolik
Gereja Katolik adalah komunitas partikular orang-orang Kristen dalam tubuh Kristus yang universal, yang kesatuannya dengan Kristus berakar dalam Roh Kudus, iman kepada Kristus, sakramen-sakramen, komitmen yang sama terhadap hidup Kristen, dan dalam pelayanan Petrus yang dilaksanakan oleh Uskup Roma (Paus).
Ciri khas utama yang membedakan Gereja Katolik dengan Gereja-Gereja Kristus lainnya adalah adanya pengakuan akan kewibawaan dan kepemimpinan Paus sebagai penerus sah tahta Petrus. Hanya orang Katolik saja yang mengakui Paus sebagai pimpinannya. Pengakuan akan kewibawaan Paus itu didasarkan pada perintah Kristus kepada Petrus yang tertuang dalam Mat 16:18-19 (Cat: Silahkan dilihat sendiri dalam Alkitab).
Untuk memahami Gereja Katolik lebih lanjut, kita juga harus mendalami makna agama Katolik itu sendiri. Agama Katolik merupakan kenyataan yang kaya akan beragam segi, yang meliputi tradisi Kristen, cara hidup, dan persekutuan iman. Kata “Katolik” itu sendiri berasal dari kata Yunani, kaqolikoj, yang berarti “universal” dan “dalam keseluruhan”. Dari pengertian dasar itu, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya, orang-orang Katolik harus mau membuka diri untuk terlibat dan bergaul dengan siapa saja. Banyak orang salah kaprah dengan menyebutkan bahwa lawan dari katolik adalah protestan. Lawan dari Katolik bukanlah protestan, tapi Sekte. Apa itu Sekte? Sekte adalah bagian dari Gereja yang memisahkan diri dari Gereja Universal dan dunia. Sebuah sekte biasanya menutup diri dari kelompok lain untuk mempertahankan jati diri dan kemurnian dirinya. Kontak dengan orang yang ada di luar sekte, dipandang sebagai hal yang menajiskan/hal yang kotor.
I.2.b. Tujuan Gereja
Gereja hadir di dunia ini karena Yesus mengutus para murid untuk mewartakan Kerajaan Allah di dunia. Gereja dipanggil dan diutus oleh Bapa untuk melaksanakan karya Putra di dalam dan melalui kuasa Roh Kudus. Pengutusan menjadi tujuan umum Gereja. Dalam Mat 28:19-20, kita akan melihat jelas pengutusan yang Yesus buat untuk para rasulnya. Perintah Yesus itu juga berlaku sebagai sebuah perintah perutusan bagi Gereja saat ini.
Lebih jauh lagi, yang dipanggil di sini bukan hanya para kaum biarawan/biarawati atau (calon) imam saja. Tapi, semua umat awam memiliki panggilan dari Allah ini. Tiap orang dipanggil oleh Allah untuk menghayati profesinya masing-masing. Apapun profesinya, yang terpenting adalah bahwa melalui pekerjaannya, tiap orang dapat memuliakan Allah dan mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini.
Tugas umum Gereja itu, secara rinci dapat dibagi ke dalam empat tugas yang lebih spesifik lagi, yaitu:
1. Leiturgia
Leiturgia adalah segala hal yang berhubungan dengan ibadat. Arti kata “Leiturgia” sendiri adalah “Kerja bakti rakyat”. Dari sana, kita dapat melihat bahwa bidang tugas ini memainkan peranan besar dalam membangun hidup persekutuan.
Contoh: pelayanan-pelayanan ibadat dan sakramen.
2. Kerygma
Kerygma ini ingin mengeksplisitkan intisari ajaran iman Gereja. Kerygma berarti pewartaan kepada sesama. Apa yang diwartakan? Kabar gembira tentang Penderitaan, wafat, dan kebangkitan Kristus.
Contoh: Mengajar agama, katekese, khotbah.
3. Marturia
Marturia hampir mirip dengan Kerygma. Bedanya, Marturia lebih menunjuk pada tindakan nyata, sedangkan Kerygma menunjuk pada pewartaan dalam bahasa verbal. Bidang ini menuntut setiap pengikut Kristus untuk bertindak seturut Kristus. Marturia menjadi bukti bahwa Gereja adalah tanda yang kelihatan dari Kehadiran Allah di dunia ini.
Contoh: Menolak Korupsi
4. Diakonia
Bidang Diakonia menunjuk pada gerakan pelayanan yang nyata. Pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan sosial terhadap orang-orang yang miskin dan menderita.
Contoh: Mengunjungi Panti Jompo dan memberikan sumbangan.
I.3. CIRI-CIRI GEREJA KRISTUS
Ciri-ciri Gereja Kristus ini dapat kita lihat bersama dalam rumusan syahadat iman yang biasa kita ucapkan pada perayaan ekaristi setiap hari minggu. Syahadat iman itu biasa disebut sebagai syahadat Nicea Konstantinopel.
Ciri-ciri Gereja Kristus ini, dirumuskan secara definitif dalam Konsili Konstantinopel tahun 381 M. Lalu, ciri-ciri itu dimunculkan kembali dan memperoleh penegasan yang besar manakala menghadapi munculnya gereja-gereja kristen gadungan pada era Reformasi Protestan. Setidaknya, para apologet kita (seperti, Yustinus Martir dan Aristhides), menggunakan keempat ciri ini untuk melawan gereja gadungan itu.
Ada empat ciri Gereja Kristus:
a. Satu
Maksudnya: Gereja menjadi perwujudan kehendak Tunggal Allah yang terlihat secara nyata dalam perjalanan kehidupan satu Tuhan Yesus Kristus.
Secara biblis, perjalanan Gereja dibina oleh satu Allah yang terlihat dalam kehidupan Yesus Kristus dalam karya satu Roh Kudus. Kesatuan ini dibuktikan lebih lanjut oleh satu injil, satu baptisan, dan satu jabatan yang dikaruniakan kepada Petrus.
b. Kudus
Maksudnya: Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang Mahakudus dan Gereja berusaha membawa manusia ke dalam kekudusan.
Pengertian “Gereja yang kudus” ini dapat diartikan secara khusus lagi, yaitu:
- Arti obyektif
Yaitu, bahwa Gereja menjadi Tanda dan sarana keselamatan serta kekudusan Allah di dunia ini.
- Arti subyektif
Yaitu, bahwa Gereja tak akan pernah kehabisan tanda kekudusan dan orang-orang kudusnya.
Dengan kekudusan Allah itu pula, Allah menjamin Gereja untuk tidak kehilangan unsur kekudusannya kendati Gereja itu berdosa. Gereja bisa berdosa karena para pengikutnya adalah orang-orang berdosa. Dosa-dosa itu akan dihapuskan secara nyata dalam sakramen pengakuan dosa (sakramen tobat).
c. Katolik
Maksudnya adalah bahwa Gereja merupakan perwujudan kehendak Allah yang ingin menyelamatkan SEMUA dan seluruh pribadi manusia di dunia ini.
Makna kekatolikan ini terletak pada pengertian bahwa keselamatan yang ditawarkan Gereja, terbuka untuk semua orang karena penebusan Yesus Kristus juga ditujukan untuk semua orang. Karena itulah, Gereja Kristus sangatlah mengakui dan menjunjung tinggi pluralisme.
d. Apostolik
Maksudnya adalah bahwa Gereja bertumpu pada ajaran para rasul dan mengikuti iman mereka. Gereja didirikan oleh Yesus Kristus dalam para rasul yang menjadi dasarnya. Sifat keapostolikan ini diperlihatkan dari adanya keyakinan bahwa apa yang diajarkan Gereja saat ini adalah SAMA dengan apa yang diajarkan oleh para rasul Kristus dulu.
Dengan demikian, materi bab satu sudah selesai.
Syukur kepada Allah.
Untuk Direnungkan:
KETIKA PINTU KEBAHAGIAAN KITA TERTUTUP , DAN PINTU LAIN SUDAH TERBUKA; SERINGKALI KITA HANYA TERUS MEMANDANG PINTU YANG TERTUTUP ITU SEMENTARA KITA LUPA BAHWA ADA PINTU LAIN YANG TELAH TERBUKA”
[1] Pembahasan tentang denominasi akan dibahas di sub bagian berikutnya.
Jumat, 27 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar