TUGAS PENGGANTI ULANGAN REMEDIAL BLOK SOSIOLOGI KELAS X
Perintah: Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada pada KASUS 1 dan KASUS 2!
A. KASUS 1
KORBAN SMACK DOWN BERTAMBAH:
PINGSAN DAN MUNTAH DARAH
Acara Smack Down yang ditayangkan salah satu stasiun televise swasta setiap malam, kembali memakan korban. Seorang siswa sekolah dasar di Surabaya, Ahmad, pingsan setelah di-smack down teman sebayanya. Ahmad bahkan sempat dilarikan ke Unit Kesehatan Sekolah karena menderita sakit di bagian kepala dan selangkangannya.
Kejadian yang menimpa Ahmad berawal saat ia hendak memasuki kelas sekitar pukul 11.30. Saat itu, terjadi pertengkaran di antara beberapa temannya. “Sebetulnya saya mau melerai teman yang mau berkelahi. Tapi, teman saya malah mengatakan agar saya tidak ikut campur dan langsung mengajak bermain smack down. Saat itu, saya langsung ditendang dan dipukul pada bagian kepala. Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi.”, kata Ahmat, saat ditemui di sela pelajaran sekolah, Senin sore.
Karena pingsan, Ahmad pun langsung digotong menuju ruang UKS oleh sejumlah guru. Sementara teman yang sempat menghajar Ahmad ala Smack Down tersebut langsung pulang. Di ruang UKS, Ahmad mengaku menderita sakit di bagian leher, kepala, dan selangkangannya. MEski begitu, ia masih bisa mengikuti pelajaran sekolah sampai selesai. “Sekarang sih sudah tidak sakit lagi. Kalau tadi sempat merasa sakit di bagian kepala, tangan, terus selangkangan. Meski berbeda kelas, saya kenal sama orang yang men-smack down saya. Saya pun sempat diancam. Katanya, kalau saya tidak ikutan smack down nanti dibilangin. “ kata Ahmad tanpa memberitahu maksu ancaman yang disampaikan itu.
Ahmad sendiri mengaku tidak pernah menonton tayangan berbau kekerasan tersebut karena ngeri. Sehari-hari, Ahmad sudah harus masuk kamar sekitar pukul 19.00, dan belajar. Ia mengaku tidak tertarik ikut bermain gulat ala smack down dengan teman-temannya karena takut mati.
Sebelumnya, masih di sekolah yang sama, Angga menderita luka sobek di jidat bagian kanan karena bermain gulat ala smack down dengan Yoga, teman sekelasnya. Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, saat kedua siswa ini tengah menghabiskan waktu istirahat. “Main smack down-nya di kelas waktu istirahat sekitar pukul 10.00. Yang ikutan banyak. Kan ada yang sendiri-sendiri, ada juga yang banyakan. Pada saat itu, Angga kena lantai sehingga kepalanya berdarah. Saya juga ikut jatuh ke lantai tapi tidak terluka.”, kata Yoga diiyakan Angga yang saat itu tampak masih berhiaskan perban di jidat bagian kanan.
Korban gulat ala smack down rupanya tidak hanya berasal dari siswa sekolah dasar. Fayza (4,5 tahun) juga sempat muntah darah karena di-smack down tetangganya pada awal November lalu. Akibat luka yang dideritanya, siswa TK itu pun dirawat di rumah sakit selama 3 hari karena menderita luka pada bgian lambung. “Kejadiannya berlangsung siang hari sepulang Fayza sekolah. Saat itu, Fayza kemudian bermain di rumah tetangganya. Beberapa saat kemudian, saya melihat Fayza terlentang dengan nafas tersengal-sengal. Di rumah, Fayza langsung muntah darah.”, kata Eti, ibunda Fayza saat ditemui di rumahnya.
Eti baru mengetahui kalau anak ketiganya itu telah menjadi korban smack down setelah pelaku yang terbilang akrab dengan Fayza meminta maaf. Ditambah lagi, lanjut Eti, di rumah tetangganya tersebut, juga ternyata tengah ditayangkan VCD Smack Down. Fayza pun, lanjut Eti, mengaku kalau ia ditendang dan diinjak oleh temannya yang lebih besar.
Sumber: Kompas Cyber Media, Selasa 28 November 2006.
Pertanyaan yang harus dijawab:
1. Setujukah Anda dengan pernyataan bahwa acara Smack Down yang ditayangkan televisi ataupun dalam bentuk games, dapat mempengaruhi perilaku seorang anak? Berikan alasan anda!
2. Dapatkah nilai-nilai yang ditawarkan sebuah program televisi, mengubah atau merusak nilai-nilai sosial yang telah ditanamkan orang tua atau masyarakat kepada seorang individu? Jelaskan alasanmu dengan memberikan contoh!
3. Apa solusi yang Anda tawarkan untuk memecahkan masalah pengaruh negative televisi maupun tayangan lainnya terhadap seseorang?
B. Kasus II
Meresahkan, Maraknya Narkoba di Kalangan Pelajar
Banyaknya kasus penyalahgunaan narkotika dan obata-obatan berbahaya yang menimpa siswa sekolah dasar, SLTP, dan SMU di DKI Jakarta, membuat para orang tua murid menjadi resah. Dalam kaitan itu, mereka berharap agar ada komunikasi yang lebih baik antara guru dan murid, khususnya soal perilaku anak. Para orang tua juga meminta aparat kepolisisan menangkap para Bandar dan pengedar sehingga narkoba tidak merusak masyarakat.
Sejumlah orangtua murid yang ditemui di sejumlah sekolah dasar di Jakarta, mengaku resah karena berita mengenai penyalahgunaan narkoba tidak pernah berhenti. “Kenyataan itu tentu meresahkan karena siapa tahu itu akan menimpa anak-anak kami juga,” kata Sulistyowati.
Kekhawatiran orangtua murid itu wajar jika melihat data jumlah pemakai narkoba yang terus meningkat terutama di Jakarta. Menurut Ketua Therapeutic Communities Indonesia (TCI), dari empat juta korban narkoba di Indonesia, setengahnya ada di Jakarta. Pernyataan itu diperkuat oleh Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Ia mengatakan bahwa penyalahgunaan narkoba oleh pelajar memang sangat tinggi sejak tahun 2001.
Data mulai Januari hingga April 2003 menunjukkan, jumlah kasus yang ditangani Polda Metro Jaya mencapai 143 kasus, Polres Jakarta Pusat 105 kasus, Jakarta Utara 90 kasus, dan Jakarta Barat 55 kasus. DI Jakarta Selatan, tercatat 122 kasus, Jakarta Timur 32 kasus, Bekasi 84 kasus, Depok 5 kasus, Pelabuhan Tanjung Priok 30 kasus. Menurut kepolisian, 60-70 % tersangka penyalahgunaan narkoba yang ditangkap jajaran Polda Metro Jaya berusia antara 16-21 tahun. Dari persentase itu, setengahnya adalah pelajar yang masih aktif bersekolah. “Sebagian besar adalah pemaki atau pencandu yang tertangkap saat memakai atau membawa narkoba, bukan pengedar atau Bandar.”, paparnya. Menurut data yang diperoleh Kompas, sejumlah pengguna narkoba adalah murid-murid SD. Dalam lima bulan terakhir, di Jakarta Utara sudah ditangkap 30 pelajar SD yang menggunakan obat-obatan terlarang.
Sumber: www.kompas.com, Rabu, 14 Mei 2003.
Pertanyaan yang harus dijawab:
1. Apakah penggunaan Narkoba dapat disebut sebagai perilaku menyimpang?Mengapa dikatakan demikian?
2. Mengapa perilaku tersebut dapat terjadi? Carilah informasi sebanyak mungkin tentang hal ini untuk memperkuat jawaban Anda!
Petunjuk Penulisan:
1. Yang mengerjakan tugas ini, tidak akan mengikuti program ulangan remedial tertulis. Sebab, tugas ini sudah dianggap sebagai ulangan remedial.
2. Yang tidak mengumpulkan tugas hingga batas waktu terakhir (Sabtu, 20 April jam 22.00), akan dianggap tidak mengerjakan tugas ini. Karenanya, mereka harus ikut program ulangan remedial tertulis. Mengenai waktu pelaksanaan remedial tertulis itu, masih menunggu konfirmasi dari Pak TB.
3. Tugas dikerjakan dengan menggunakan penjelasan yang logis dan memiliki unsur-unsur sosiologis.
4. Tugas harus diketik dengan format Microsoft Word.
5. Tugas diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5. Panjang tulisan adalah 4-6 halaman.
6. Tugas dikirimkan via Email ke freko¬_sosiologi@ymail.com
7. Batas akhir pengumpulan tugas adalah hari SABTU, 20 MARET 2010 JAM 22.00 WIB.
8. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa menghubungi saya di nomor 0878 8005 9394.
Rabu, 17 Maret 2010
Selasa, 09 Maret 2010
Catatan Tambahan Perilaku Menyimpang
Catatan tambahan Materi Perilaku Menyimpang
Definisi Perilaku Menyimpang:
a. Menurut James Zanden
Perilaku Menyimpang adalah tindakan yang dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Ukuran apakah yang dipakai oleh Zanden untuk menentukan apakah tindakan itu di luar batas toleransi atau tidak. Ukuran yang dipakai Zanden adalah ukuran norma yang dipakai oleh suatu masyarakat tertentu. Bukan ukuran norma moral umum. Contoh: “Kumpul Kebo”. Bagi Zanden, kumpul kebo bukanlah perilaku menyimpang bila itu dilihat dalam kacamata masyarakat Barat. Tapi, jika itu dilihat dalam kacamata masyarakat Timur, kumpul kebo merupakan sebuah tindakan menyimpang yang secara jelas dikatakan dalam budaya Timur.
b. Menurut Robert. M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial. Cara berpikir Lawang berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Zanden. Bagi Lawang, ukuran untuk menentukan nilai penyimpangan sebuah perilaku, harus ditentukan menurut norma moral umum. Bukan berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Misal: “Kumpul Kebo” bagi Lawang adalah perilaku menyimpang. Tak peduli pandangan itu muncul dalam masyarakat manapun. Baginya, kumpul kebo adalah salah karena norma moral umum mengatakan seperti itu.
Sumber Penyimpangan
a. Menurut Edward H. Sutherland
Penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Edward menjelaskan bahwa gap budaya yang terdapat pada golongan tua dengan golongan muda, akan memunculkan pandangan tentang perilaku menyimpang. Contohnya: Remaja putri yang menggunakan rok mini akan ditegur oleh sang oma. Sebab, saat muda, bagi sang oma, memakai rok mini adalah suatu hal yang tabu.
b. Menurut Edwin M. Lemert
Penyimpangan terjadi karena pemberian julukan, cap atau merek tertentu yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat. Lemert membagi penyimpangan ke dalam dua bentuk:
- Penyimpangan Primer: Perbuatan menyimpang yang pelakunya masih dapat diterima secara sosial. Contohnya: Tindak kebut-kebutan di jalan raya dengan sepeda motor.
- Penyimpangan Sekunder: Perbuatan menyimpang yang pelakunya tidak dapat lagi diterima secara sosial. Contoh: Pembunuhan Berantai.
c. Menurut Robert K. Merton
Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya keterkaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial dalam masyarakat. Contoh: Menurut Merton, Robin Hood itu adalah pelaku tindakan menyimpang. Sebab, tidak ada keterkaitan antara cara dan tujuan tindakannya. Tujuannya baik yaitu menolong orang miskin, tapi caranya salah, yaitu dengan merampok orang kaya.
Penyebab Umum Perilaku Menyimpang
Penyebab umum perilaku menyimpang berasal dari adanya sosialisasi yang tidak sempurna. Berikut adalah hal-hal yang menunjukkan itu:
a. Adanya ketidaksepadanan antara pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang satu dengan agen sosialisasi yang lain.
Contoh: Sebuah keluarga memberikan pesan untuk tidak merokok kepada setiap anaknya. Namun, si anak melihat di televise bahwa merokok adalah lambang kejantanan. ANak itu akan mengalami konflik dan, bukan tidak mungkin anak itu akan ikut merokok juga manakala melihat teman-teman sebayanya juga merokok.
b. Perilaku menyimpang bisa terjadi bila dalam proses sosialisasi, seseorang meniru perilaku yang salah dari para pemimpinnya atau sosok yang menjadi generalized other. Contoh: Bila pemimpin melakukan korupsi, maka anak buahnya akan ikut-ikutan melakukan korupsi.
Definisi Perilaku Menyimpang:
a. Menurut James Zanden
Perilaku Menyimpang adalah tindakan yang dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Ukuran apakah yang dipakai oleh Zanden untuk menentukan apakah tindakan itu di luar batas toleransi atau tidak. Ukuran yang dipakai Zanden adalah ukuran norma yang dipakai oleh suatu masyarakat tertentu. Bukan ukuran norma moral umum. Contoh: “Kumpul Kebo”. Bagi Zanden, kumpul kebo bukanlah perilaku menyimpang bila itu dilihat dalam kacamata masyarakat Barat. Tapi, jika itu dilihat dalam kacamata masyarakat Timur, kumpul kebo merupakan sebuah tindakan menyimpang yang secara jelas dikatakan dalam budaya Timur.
b. Menurut Robert. M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial. Cara berpikir Lawang berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Zanden. Bagi Lawang, ukuran untuk menentukan nilai penyimpangan sebuah perilaku, harus ditentukan menurut norma moral umum. Bukan berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Misal: “Kumpul Kebo” bagi Lawang adalah perilaku menyimpang. Tak peduli pandangan itu muncul dalam masyarakat manapun. Baginya, kumpul kebo adalah salah karena norma moral umum mengatakan seperti itu.
Sumber Penyimpangan
a. Menurut Edward H. Sutherland
Penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Edward menjelaskan bahwa gap budaya yang terdapat pada golongan tua dengan golongan muda, akan memunculkan pandangan tentang perilaku menyimpang. Contohnya: Remaja putri yang menggunakan rok mini akan ditegur oleh sang oma. Sebab, saat muda, bagi sang oma, memakai rok mini adalah suatu hal yang tabu.
b. Menurut Edwin M. Lemert
Penyimpangan terjadi karena pemberian julukan, cap atau merek tertentu yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat. Lemert membagi penyimpangan ke dalam dua bentuk:
- Penyimpangan Primer: Perbuatan menyimpang yang pelakunya masih dapat diterima secara sosial. Contohnya: Tindak kebut-kebutan di jalan raya dengan sepeda motor.
- Penyimpangan Sekunder: Perbuatan menyimpang yang pelakunya tidak dapat lagi diterima secara sosial. Contoh: Pembunuhan Berantai.
c. Menurut Robert K. Merton
Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya keterkaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial dalam masyarakat. Contoh: Menurut Merton, Robin Hood itu adalah pelaku tindakan menyimpang. Sebab, tidak ada keterkaitan antara cara dan tujuan tindakannya. Tujuannya baik yaitu menolong orang miskin, tapi caranya salah, yaitu dengan merampok orang kaya.
Penyebab Umum Perilaku Menyimpang
Penyebab umum perilaku menyimpang berasal dari adanya sosialisasi yang tidak sempurna. Berikut adalah hal-hal yang menunjukkan itu:
a. Adanya ketidaksepadanan antara pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang satu dengan agen sosialisasi yang lain.
Contoh: Sebuah keluarga memberikan pesan untuk tidak merokok kepada setiap anaknya. Namun, si anak melihat di televise bahwa merokok adalah lambang kejantanan. ANak itu akan mengalami konflik dan, bukan tidak mungkin anak itu akan ikut merokok juga manakala melihat teman-teman sebayanya juga merokok.
b. Perilaku menyimpang bisa terjadi bila dalam proses sosialisasi, seseorang meniru perilaku yang salah dari para pemimpinnya atau sosok yang menjadi generalized other. Contoh: Bila pemimpin melakukan korupsi, maka anak buahnya akan ikut-ikutan melakukan korupsi.
Langganan:
Postingan (Atom)